- By
- 27 Nov 2025
- 20
Lestarikan Warisan Bangsa, SMAN 1 Gambiran Bekali Siswa Keterampilan Membatik Tulis
Lestarikan Warisan Bangsa, SMAN 1 Gambiran Bekali Siswa Keterampilan Membatik Tulis
Dok. Siswa SMA Negeri 1 Gambiran Sedang Melaksanakan Kegiatan Membatik untuk Memenuhi Tugas Pada Mata Pelajaran Seni Budaya
Gambiran, Banyuwangi, Rabu (15/10/2025) – Siswa
kelas 11-6 SMAN 1 Gambiran rutin mengikuti praktik membatik sebagai bagian dari
mata pelajaran Seni Budaya. Kegiatan yang diadakan setiap tahun ini merupakan
upaya sekolah untuk melestarikan warisan budaya Indonesia sekaligus menumbuhkan
kreativitas dan keterampilan siswa.
Membatik adalah seni menghias kain dengan
teknik menerakan malam (lilin) untuk menahan warna, sehingga menghasilkan pola
yang unik. Di SMAN 1 Gambiran (SMAGAM), teknik yang digunakan adalah batik
tulis manual, yaitu menggunakan canting dan malam yang diaplikasikan langsung
pada kain.
Pelaksanaan praktik membatik ini
dipusatkan di ruang khusus membatik. Menurut Guru Seni Budaya, Anita Nur Siwi,
S.Pd., penggunaan ruangan khusus ini penting.
"Tempat membatik hanya ada satu, yaitu di
ruang batik. Jika dilakukan di tempat lain, bila ada kotor dan sebagainya akan
sulit dipertanggungjawabkan," ujar Bu Siwi.
Bu Siwi juga mengungkapkan bahwa ide pertama
untuk mengajarkan batik tulis di SMAGAM berasal dari rekan sesama guru Seni
Budaya, Pak Eko, yang kemudian didukung penuh oleh pihak sekolah. Bu Siwi
sendiri bertugas membantu dan mendampingi proses pelaksanaan praktik tersebut.
Dalam prosesnya, siswa mengikuti
tahapan membatik tulis yang cukup panjang. Bu Siwi menjelaskan alur lengkapnya:
“Dalam tahapan proses membatik, yang pertama
ialah merendam kain atau istilahnya ngeplong, setelah itu dijemur, lalu
dibuat motif batik. Motifnya ditentukan sekolah, tapi anak-anak boleh memilih
motif batik yang sesuai dengan seleranya masing-masing. Langkah keempat yaitu menyanting,
yakni merekatkan malam pada kain, ini prosesnya cukup lama," jelas Bu
Siwi.
Tahapan selanjutnya adalah
pewarnaan atau nyolet, yang dimulai dari warna motif, dilanjutkan dengan
warna dasar. Setelah diwarna, kain di-water glass untuk mengikat warna
selama dua jam, kemudian dibilas dan dijemur.
Tahap terakhir yang krusial adalah melorot,
yaitu menghilangkan lilin pada kain dengan cara direbus. "Kalau sudah
selesai direbus, lilinnya sudah hilang, dikeringkan, lalu kain siap,"
tambahnya.
Bu Siwi menuturkan, jika dikerjakan
tanpa disela kegiatan lain, satu kain sepanjang 2meter dapat diselesaikan dalam
waktu sekitar satu minggu. Namun, karena praktik ini dilakukan di sela-sela
pembelajaran, pengerjaannya biasanya membutuhkan waktu hingga satu bulan untuk
menyelesaikan satu potong kain.
Kegiatan membatik di SMAGAM ini sendiri
sebenarnya merupakan bagian dari kurikulum mata pelajaran Seni Budaya subtema
seni rupa dua dimensi. Pihak sekolah tetap mendukung dan memfasilitasi penuh
praktik batik tulis sebagai sarana pengembangan kreativitas sekaligus upaya
nyata pelestarian budaya bangsa.
Meskipun prosesnya memakan waktu
dan membutuhkan ketelitian tinggi, para siswa mengaku senang mendapat
kesempatan langsung mempraktikkan warisan budaya ini. "Awalnya kaget
karena ternyata membatik tulis itu rumit, terutama saat menyanting harus
sabar dan hati-hati agar malamnya tidak bocor. Tapi rasanya bangga, karena kami
bisa ikut melestarikan batik yang sudah diakui UNESCO. Hasilnya akan menjadi
kenang-kenangan yang berharga," tutur salah satu siswa.
Kegiatan
membatik di SMAGAM ini sendiri sebenarnya merupakan bagian dari kurikulum mata
pelajaran Seni Budaya subtema seni rupa dua dimensi. Pihak sekolah tetap
mendukung dan memfasilitasi penuh praktik batik tulis sebagai sarana
pengembangan kreativitas sekaligus upaya nyata pelestarian budaya bangsa.
Dok.
Wartawan muda kelas 11-6 kelompok
6 Wawancarai Bu Siwi selaku Guru Seni Budaya dalam Mata Pelajaran
Seni Budaya Praktik
Membatik.
